Selamat Datang

Minggu, 14 Juni 2009

PEMUDA DAN PESTA DEMOKRASI PEMILU 2009*

Aku tak bisa untuk tak peduli, Hati ini tersiksa,
Aku bersumpah, Untuk berbuat yang aku bisa
Harus ada yang dikerjakan, Agar kehidupan berjalan wajar
Hidup hanya sekali, Uku tak mau hidup dalam keraguan
(Iwan fals – 15 Juni 1996)

Momentum penting kebangsaan, yakni pemilihan umum (pemilu), kian hari kian dekat hadir ditengeh-ditengah kita. Dalam penantian harap-harap cemas ditengah janji-janji politik mengumbar prestasi mengharap simpati lewat iklan-iklan suksesi politik klaim bukti, kelabui masyarakat. Kaum muda indoneaia harus menjadi faktor penentu bukan pelengkap penderita dalam momentum itu, kita harus menjadi bagian solusi bagi permasalahan bangsa. itulah peran utama kaum muda dari agama apapun atau organisasi apapun mereka berasal.
Sebaliknya kalau kaum muda justur menjadi bagian dari masalah atau Cuma pelengkap penderita dan penyerta, maka bukan lagi berjiwa pemuda tapi sedah tergolong genersi yang harus pensiun. Tinggal menunggu malaikat maut memanggil kehadapan Tuhan, karena pemuda identek dengan perubahan dan bila kata pemuda disandingkan dengan kata perubahan maka inter pretasinya bukan lagi usia sebagai parameternya tapi semengat remormasi pemuda sebagai agen of change, agen of conrol dan agen of reformasi. Oleh karena itu Ali bin abi thalib berkata, himmaturrizal tahrikul jibal: semangat para pemuda dapat menggoncang dan merontokkan gunung. Karena, izda kanati nnufusu kibaran muradhihal ajsam: apabila semangat itu telah berkobar maka jasad tidakkan pernah mampu melayaninya. Pertanyaanya, selama ini jasad kita dicapekkan oleh hal-hal apa, bagaimana dan untuk apa?
Kita kaum muda, semua sudah pernah merasakan bagaimana perjalanan kepemimpinan bangsa selama masa transisi. Kita telah menghitung sisi positif dan negatifnya, kita juga mengetahui kemunduran dan kemajuan bahkan stagnasi yang terjadi. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh pemimpinnya. Tapi jangan lupa, munculnya seorang pemimpin juga sangat terkait dengan kualitas bangsa secara keseluruhan.
Bangsa yang berjiwa besar dan bertekad untuk terus maju, mustahil melahirkan pemimpin yang berjiwa kerdil dan berorientasi jangka pendek. Bangsa yang ingin mewujutkan cita-cita yang digariskan para founding father (pendiri bangsa), maka akan memilih pemimpin yang mampu merealisasikan tekad luhur itu.
Sebaliknya bangsa yang pemalas dan tak produktif, dan orientasinya pada pencarian kekuasaan yang egoistic, maka mustahil akan memilih pemimpin yang suka bekerja keras dan mendahulukan kepentingan rakyat demi demi tercapainya kemajuan bersama. Bangsa yang menjunjung agenda reformasi demi terwujudnya Negara yang makmur dan bersatu, yang berdaulat dan berwibawa dimata bangsa lain, pasti mereka akan memilih sosok pemimpin yang mampu memenuhi harapan itu.
Itulah kaedah umum yang berlaku dalam sejarah politik tentang lahirnya sebuah kepemimpinan nasional yang mengakar. UUD 1945 yang telah diamandemen menyatakan kedaulatan diserahkan seoenuhnya kepada rakyat. Kita semua memiliki hak yang setinggi-tingginya untuk menentukan corak pemimpin masa depan.
Oleh karena itu, agar kita memperoleh pemimpin yang baik, mau tidak mau kita harus menentukan: posisi apa yang kita ambil?. Bila kita memang anak bangsa yang dikenal malas dan hanya memikirkan dirinya sendiri larut dalam hedonisme kehidupan, maka sikap yang lahir adalah acuh tak acuh, dan cenderung jadi tukang kritik, atau bahkan kita akan memilih pemimpin yang malas. Tidak ada anak bangsa yang pemalas yang mau memilih pemimpin yang rajin, kapabil dan berdisipplin, karena merasa akan kena sangsi sifat hedonisnya, tapi alangkah tragisnya dampak buruk yang akan menimpa masyarakat yang jadi korban politik para gerombolan prakmatisme.
Pemilu yang akan dating ini merupakan momentum yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas diri kita sebagai anak bangsa, menyelamatkan nasib masyarakat, ekonomi dan pendidikannya. putra daerah yang tahu betul nasib prekonomian masyarakatnya, tahu betul pekerjaan orang tua mereka dan tahu betul nasib pendidikannya dan tahu betul bagaimana putra daerah yang kaya sumber daya alamnya, mengundi nasib menuntut ilmu nyambi jadi marbot masjid, pelayan toko dan restoran, jualan, dan lain-lain. Seberapa keras hati kita bila tidak tersentuh dengan fonomena itu. Pemilu akan datang ini disamping menjadi faktor pendidikan politik yang sangat krusial dan urgen sekali juga menjadi penentu nasib bangsa untuk menjadi lebih baik atau makin terpuruk, kita kaum muda lebih bertanggung jawab membaca dan memfirasati kemunggkina-kemungkinan itu untuk mengarahkannya sebelum nasi menjadi bubur, Sebab tidak ada jaminan kita akan bertemu dengan pemilu lima tahun yang akan datang.
Intensitas pengawalan dalam perjuangan sepenuh hati kaum muda khususnya sangat ditutut di tengah-tengah masyarakat yang dibingungkan oleh kontaminasi para calon pemimpin dengan berbagai janji politik. Pemilu yang jujur dan adil kita perlukan, agar kita bisa membayangkan daerah kita, masyrakat kita, orang tua kita dan adik-adik kita dimasa datag hidup dalam keadilan sosial dan kesejahteraan. Hal itu, suka atau tidak suka, sangat dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan kita, pemimpin yang berkualitas dan peduli terhadap nasib rakyat serta generasi mas datangakan menciptakan bangsa yang makmur, dal dan sejahtera, damai dan tentram.
Semestinya kita semua menyambut kesempatan yang baik dalam pemilu untuk mengoreksi faktor negative yang terjadi selama ini sebagai sebab terjadinya krisis yang menjerat masyarakat miskin kepulauan. Kita melihat beberapa partai diprotes dan didemonstrasi oleh anggota dan kadernya sendiri, kita melihat beberapa partai terpecah dan mengalami konflik ataupun folemik inernal yang berkepanjangan. Apapun alasannya,subyaktifitas soliditas internal, merekomendasikan obyaktifitas-soliditas ekternal secara orientataif dalam mengelola hubungan secara horizontal yang lebih luas dan fertikal yang lebih profesianal.

*usman adhim

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008