Selamat Datang

Minggu, 14 Juni 2009

ANA UHIBBUKUM FILLAH….

Cinta adalah suara hati, karena cinta adalah sesuatu yang dirasakan dalam hati. Oleh karena itu sifatnya abesterak yang tidak bisa dikongkrikan. Cinta datang dan pergi tampa direncanakan. Sederhananya begitulah hakekat dan tabiat cinta.
Akan tetapi bagi muslim atau muslimah, cinta adalah anugrah Allah SWT, karena Cinat adalah bagian dari rizki yang tersembunyi, kerahasiaannya dalam genggaman Allah azza wajalla. Kedekatan cinta di hati kita adalah berbanding lurus dengan kedekatan Cinta kita kepada Allah SWT. Karena itu secara integgral apa yang dikatakan Maria dan fahri dalam felem ayat-ayat cinta adalah benar, “cinta turun dari langit terhunjam dahsyat dalam hati. Akan tetapi ada juga cinta yang mengakar lebih dulu dalam hati yag kemudian dipasrahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT.
Saya punya cerita fonomenal dengan sifat cinta yang kedua diatas,dan terpanggil untuk menceritakannya. cerita ini kisah cinta seorang tokoh masyarakat pulau sapeken, yang dicerikannya sendiri waktu itu di Puskesmas hingga larut malam. Tokoh masyarakat itu pak Gusni namanya, beliau bercerita saat saya dan temen bercerita tentang ilmu-ilmu pelet pemikat perempuan, dikampung ilmu pellet begini bukan sesuatu yang asing, pak Gusni kemudian menengahi pembbicaraan kita:
Pak Gusni : Nak, watturuku ngaji ka Aji ma Sattik nu, sampe ningkelle, Wa Gus masi beke Aji Ma sattik nu sambel guguru nimbau lelepe, bidok sampe nimbau kappal. Gai di sasanne Wa Gus nagu dampe ka Ma Sattiknu tapi talau namasampe nasaba Wa Gus sanggah murid sosohoan Wa Aji Ma Sattiknu. Setemu elau kasangan, minggu kabulan, bulan ka taun, dampe ka Ma Sattil nu iru kapela ngurrangi ma atai, ellau guguru nimbau sangan ngaji pitue Alle ta’ale ka Aji Ma Sattik Marumane, battiru tiat ellau sampe tabahas ka pitue All eta’ale madialan korahan, artine “te tatoho-tatohokan malaku ka Aku, nyok Alle Ta’ale, pasti na bunanku mammalakudi”. Wa Gus darue ditobos beke boe tube ma dia elleu makale pitue Alle ta’ale iru, kesek beke yakin dadi dakau ma atai Wa Gus nu Nak. Sajak iru madialan sujud-sujut Wa Gus malaku ka Alle ta’ale,
“papu malaku poppor ku ma bundahante, te anu nia ma ataiku itu sala mabundahante. tapi palakuku kakite, te dende nia ma ataiku itu dalleku ridhoiteku dadi ellene, ridhoite duye dadi endeku, palakukuye sebagai ruzkiku tekke makite.amienn..
Ellau sangan Wa Gus malaku ka Alle ta’ale, maluahan pangatonan Ma Sattik, Aji beke keluargane memon. Sementare dampe ka Ma sattik ma atai Wa Gus kapela ngurrangi, suatu hari nia ningkelle ngalaku Ma Sattik, tapi Ma Satik kitok, tenia aha adak ka Ma Sattik Ma Sattik kitok, te Ma Sattik adak lelle iru kito, battiru seterusne, tenia aha ngalaku. sampe Wa Aji baun “saine itu kau ellenu na, mun battiru terus Sattik, gai lagi iru kau na elle, adak dipasiala ka si Gus neko Sattik”. Wattu iru ma buli Ruma sambel nimbau Wa Gus takudat. Sambel nyebut amien.. amien…dalam-dalam.
Singkatne, akhirne Ma Sattik nu dipasiala beke Wa Gus dengan Cinta nasaba ternyate Ma Sattik nu diam-diam simpati ka Wa Gus.
Dadi anak-anak ku memon ilmu dende kamenah bagal adalah Do’a tulus ka Alle ta’ale gania kettune. Tulisnu memon surat Cintanu pasampenu ka Alle ta’ale madialan sujut-sujut khusyu’nu.
Cerita fonomenal diatas menggambarkan, bahwa Cinta mengakar lebih dahulu dihati kemudian dipasrahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Terlepas denagan benar dan tidaknya, boleh atau tidak, ada banyak cerita fonomenal tenteng cinta, seperti yang di abadikan syeh Ibnu Qayyim Azzauzy dalam kitabnya Raudhah al-muhibbin (taman orang jatuh cinta dan memendam rindu).
Cinta adalah emosi paling kuat, karena itu juga harus ditaklukkan dengan cinta. Yaitu Cintanya Allah SWT, bila tidak, maka tampa sadar cinta akan menyeret kita kelembah nista, maka renungkanlah kisah cinta Qais dan Laila, Romeo dan Juliet, Zainuddin dan Hayati dalam romansa Cinta tenggelamnya kapal fanderwich, oleh buya Hamka.
Cinta sebuah keniscayaan hati, karena bagi muslim atau muslimah yang baik Cinta adalah anugrah Allah SWT kepada setiap hambanya, maka alasan menolak dan menerimanya adalah berpulang kepada isyarat-isyarat Allah SWT yang tertuang dalam Al-quran dan Hadits. Tidak perlu riwa riwi bolak balik mencari alasan emosionil untuk menerima atau menolaknya, kenapa saya harus mencintainya, dll. Cukuplah seperti apa yang dikatakan oleh Syeh Sofyan al-uyainah ulama fiqh dan ahli hadits, salah satu gurunya Imam Syafi’I.
“Man ahabballah ahabba man ahabballah”
siapa yang mencintai Allah pasti akan mencintai orang mencintai Allah
oleh sebab itu selama oring itu mencintai Allah maka tidak ada alasan menolak cinta laki-laki atau perempuan itu. Karena sesungguhnya sebagai muslaim sejati akan menganggap bahwa cinta kepada selain Allah adalah refleksi dari kecintaannya kepada Allah SWT.
Kemudian Syeh Sofyan Al-Uyainah kembali berkata;
“Man ahabballah ahabba man ahabballah wa ahabba ma ahabbahullah”
Siapa yang mencintai Allah maka dia akan mencintai orang yang mencintai Allah dan akan mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah SWT.
Kemudian dalam salah satu sabda Nabi SAW, tentang keniscayaan-keniscaya cinta, adalah:
Min lawazimil mahabbah;
• ayyakhtara kalama habibihi ‘ala kalama gairihi,
• ayyakhtara mujalasata habibihi ‘ala mujalasata gairihi,
• ayyakhtara ridho habibihi ‘ala ridho gairihi.
Diantara keniscaan-keniscayaan cinta adalah adalah;
• memilih perkataan kekasihnya dari pada perkataan selain kekasihnya
• memilih majlis kakesihnya dari pada majlis selain kekasihnya
• memilih ridho kekasihnya daripada ridho selain kekesihnya.
Seperti itulah secara sederhana hakikat cinta, ketika mencintai dan dicintai dalam pandangan islam, agama yang kita yakini dan kita cintai ini. Maka orang yang menjadikan Allah sebagai tambatan hatinya, pasti mengikuti konsep cinta , yang di konsep oleh Syeh Sofyan Al-Uyainah dan keniscayaan cinta dalam sabda Nabi SAW diatas.
Cinta tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah habis di ulas, karena Cinta senyawa dengan rasa, dan rasa senyawa dengan kehidupan. Selama ada kehidupan selama itu ada Cita. Bahkan Cinta melampawi kehidupan, ketika Cinta dalam bingkai ke ta’atan yang membuahkan mawaddah wa rahmah maka Cinta akan melanggeng hingga ke taman Syurgawi. Maka untuk semua itu anapun mengatakan kapada antum, ana uhibbukum fillah.

>>Akhukum
03418617145 / 085230143678.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008